Kamis, 21 Mei 2015

Nikmatnya Gadis Desa



Petualanganku di dunia birahi sudah malang melintang. Dimana pun lokasi syur di Jakarta sudah pernah ku datangi. Ada satu tempat favoritku di daerah Jakarta Timur. Tempat itu memang untuk kelas bawah, tapi aku menemukan keunikan tersendiri di situ. Ceweknya banyak yang muda-muda dan masih polos seperti orang desa. Dandanannya pun masih seperti di kampungnya. Aku akhirnya punya langganan, namanya Katem, tapi lalu kuganti namanya jadi Ami. Jadi aku panggil dia Ami. Dia akhirnya terbiasa. Suatu hari dia bercerita ingin pulang  kampung. Aku menawarkan diri mengantarnya sampai ke rumahnya. Dia dengan senangnya menyambut tawaranku. Kami akhirnya janjian untuk berangkat bersama. Kami janjian ketemu di halte mikrolet di dekat pasar. Dari situ kami menuju Pulo Gadung untuk mengambil bus jurusan Cirebon. Baru sekali itu aku naik bus dari Pulo Gadung dan bersama cewek. Sorry aku lupa menggambarkan bagaimana profil Mia. Usianya sekitar 15 tahun, mukanya manis,  kulitnya agak gelap tingginya sekitar 155 cm. Rambut lurus sebahu. Bicara kurang lancar berbahasa Indonesia, dia sekolah sampai kelas 4 SD. Sekitar 3 jam setengah akhirnya kami sampai di pemberhentian sebelum kota Indramayu. Sebut saja KS, kami menyeberang jalan, dan di situ sudah ada puluhan ojek. Mia menyebut nama kampungnya dan kami menyewa 2 ojek dengan ongkos masing-masing 20 ribu. Rupanya tempatnya jauh juga masuk kedalam. Di kampung-kampung Indramayu dan Karawang, cukup banyak orang tua yang menganjurkan anaknya jadi pelacur. Jadi mereka sama sekali tidak keberatan ketika anaknya punya tamu. Bagi ortunya tamu itu adalah rejeki dan ini masuk area bisnis jadinya. “anak nginep disini aja, pulang ke jakarta besoklah, ngapain buru-buru pulang,” kata bapaknya. Jadi sebelum gw memohon sudah ditawari so ya why not kan. Lantas gw keluarin Rp 100k kasi langsung sama emaknya. ” Mak ini buat beli makanan, nanti malam saya makan disini.” Wah itu emak langsung buru-buru pergi, pulangnya nenteng ayam hidup, lalu bapaknya suruh motong tuh ayam. Malamnya hidangannya adalah ayam goreng,  sambel dan lauk berkuahnya 2 bungkus indomi direbus dengan banyak air. Yang makan berenam. Adik si cewek ada 2 soalnya. Gw gak bisa makan banyak, tapi dipaksa juga. 

Gw kurang selera, karena ayamnya masih keras dan masih bau amisnya ayam. Gw telen-telenin aja, abis kepaksa. Mau makan indomienya. Biasanya dua bungkus gw makan sendiri, ini dua bungkus dimakan berenam. Wah gw jadi gak enak body. Abis makan gw keluarin 50 k kasi ke bapaknya untuk beli rokok dan 50k lagi gw kasi ke dia juga dengan pesen untuk keamanan. Wekkk rumah tuh bapak akhirnya dijagain 2 hansip kampung semalaman. Buset deh, jadi raja minyak gw di kampung ini. Abis makan bukan terus tiarap, ngobrol dulu ama bokapnya ke utara-selatan. Yah bisa-bisa gw menerka minat obrolan dia. Begitu gw tau dia tertarik ama pertanian. Gw keluarin jurus-jurus dewa mabok gw untuk mengimbangi percakapannya. Bukan mau sombong sih diajak ngomong soal apa aja dari mulai menanam padi sampai nuklir korea utara gw bisa njabani. Kalo soal olah raga gw nyerah deh, gak hobi. Namanya ilmu dewa mabuk, si bapak jadi kalah ilmu ama gw, wakakakak. Gw inget hari itu dia nanya-nanya nanem apa yang hasilnya lumayan. Gw bilang semangka tanpa biji bagus tuh pasarnya. Dia bingung, semangka tanpa biji yang ditanam apanya. Gw bilang ya biji, ada tuh bibitnya di jual kalengan cuma harganya rada mahal. “mau dong” kata bapaknya. Yah nanti deh kalo sy kemari lagi. Ngobrol sampai jam 10 an sambil minum kopi dan makan kacang garuda. Akhirnya tuh bapak nyadar juga dan nyuruh gw istirahat. ” Kamarnya udah disiapi, silahkan nak istirahat dulu.”. Jam 10 malam di kampung, sunyinya kayak orang tuli, mana gelap lagi. Tapi gw PD aja meski rada was-was juga, Gimana gak PD rumah dijagai 2 hansip. Kayaknya hansip kelurahan. Was-wasnya kalau ada apa-apa gw lari kemana. Gw kan gak bawa kendaraan. Oh ya gw lupa. Kalo masuk kampung pedalaman gitu dan mau nginep jangan bawa mobil, mencolok bo. Orang jadi banyak perhatiin kita. Kalo kita datang naik ojek, kita jadi membaur dan gak kelihatan mentang-mentang.

Si bapak nunjuki kamar tidur untuk gw, dan anak perempuannya udah tiduran di situ. Kamarnya cuma diterangi lampu minyak dan yang istimewa tempat tidurnya pake kelambu. buset dah seumur-umur gw baru pernah kali itu tidur pake kelambu. Tadinya pengen malu, tapi karena bapaknya nganjurin gw tidur ama anaknya, gw jadi bingung pengen malu ama siapa wakakakakak. Besok paginya gw rada kesiangan bangunnya, malemnya kebanyakan tiarap kali ya. eh si cewek walau udah bangun tapi dia belum keluar dari tempat tidur. Mungkin nunggu sampai gw juga bangun.  Wah setia banget. Di luar udah disiapi kopi dan nasi goreng. Wuissh raja minyak diservice abis.Gw salut ama diri gw sendiri, sebab petualangan itu gw jalani sendiri tanpa kawan. nekat  abis. Gw akhirnya nginep lagi semalem, mengingat dana dikantong masih mencukupi dan gw rasa aman-aman aja. Seharian di kampung gw ditemani tetangganya (laki-laki) nyewa motor muter-muter di kampung. Eh dia malah nunjuki potensi cewek di desanya. Jadi gw dikenali ama banyak cewe. Buset banget, ternyata banyak yang ok. Gilanya dia nawari perawan. Bukan satu, kalo gw nggak salah inget ada 3 semuanya dikenali ke gw. Tetangga sebelah si Mia ini rupanya juga lagi pulang kampung. Gilanya dia kelihatan lebih muda, mungkin usianya masih 13 – 14 tahun . Aku diperkenalkan dan dia mengaku kerja (melacur) di daerah Cilincing. Tempat yang dia sebutkan itu belum pernah aku datangi. Setelah nginap semalam aku kemudian pamit kepada orang tua si Mia. Diantar oleh tetangganya aku berangkat dari rumah Mia. Heri begitu nama tetangga Mia yang menjadi penunjuk jalan.

Aku bukan sungguh-sungguh pulang tapi pindah nginap di kampung yang letaknya jauh lebih ke pelosok. Tujuannya adalah rumah Nani. Anaknya manis agak tinggi sekitar 160 usianya juga masih amat belia sekitar 15 tahun. Dia termasuk stok baru, karena belum pernah dikaryakan. Kata Heri Nani baru cerai. Padahal mereka belum genap 3 bulan kawin. Seperti diceritakan Heri, orang-orang di kampung itu banyak yang kawin singkat hanya untuk mengejar status janda. Dengan status janda, dia bisa punya KTP dan bisa kerja ke kota. Rumah Nani tidak begitu besar, berdinding separuh tembok separuh bambu anyaman (gedek).. Kami disambut seorang wanita usianya sekitar 32 tahun, dia adalah ibunya Nani. “Mari mas masuk,” katanya mempersilahkan kami. Aku memilih duduk di bale-bale (amben) bambu di teras rumahnya. Sementara itu Heri masuk bersama ibunya Nani, sepertinya ada yang mereka rembukkan. “Dari mana mas,” tanya ibu si Nani. “Jakarta,” jawabku singkat. Maknya si Nani ini kelihatan akrab sekali, sedangkan aku masih rada kikuk. Aku merasa malu karena niatku akan menginap di rumah itu, kayaknya vulgar banget. Tapi Bu Karta begitu dia mengenalkan namanyam dia pintar sekali mencairkan suasana, dan dia sudah tau betul niatku . “Mas tunggu sebentar ya, si Nani lagi mandi, katanya. Kami mengobrol macam-macam sampai aku tahu bahwa Bu Karta ini juga janda dengan 2 anak. Anak yang pertama laki-laki sekarang kerja di Jakarta.. Jadi mereka hanya tinggal berdua. “Masnya jadikan menginap di sini,” tanya Bu Karta. “ Kalau ibu boleh, ya saya mau,” kataku. “Ya boleh lah mas, hotel dari sini jauh, tapi disini rumah kampung, nggak ada listrik, rumahnya juga jelek, nggak kayak rumah di Jakarta, gedongan semua,” katanya merendah. Heri memberi kode agar aku ikuti dia. Heri membrief aku , bahwa semuanya oke dan ada juga uang keamanan. Dia mau pamit, dan aku minta dia datang lagi besok jam 10 pagi. Heri kemudian pamit kepada mak nya Nani dan segera ngacir.

Perutku sudah rada kroncongan karena sekarang udah jam 1 siang. Kutarik 5 lembar uang 20 ribuan dan kuserahkan ke Bu Karta. “ Ini bu untuk beli makanan, siang ini ibu beli indomi bangsa 5 bungkus, minyak goreng dan kalau ada sedikit tepung sagu (kanji), lainnya beliin tempe dan cabe rawit ijo juga bawang putih. Ibunya masuk ke dalam rumah sebentar dan keluar lagi membawa secangkir kopi. Tak lama kemudian datang belanjaan. Rupanya Bu karta minta tetangganya untuk belanja , pantesan dia gak beranjak dari tadi. “Mas tepung sagunya mau dibuat apa ya,” katanya.  “Mau buat mi bu,” kata ku.
“ Ah jangan panggil bu ah, panggil mbak aja, kayaknya kok jadi tua banget ,” katanya sambil matanya genit.. “Boleh saya masak mi nya di dapur bu,” “Eh masnya pinter masak yaa, tapi dapurnya jelek dan kotor” katanya lalu membibimbingku ke bagian belakang rumahnya. Aku berpapasan dengan Nani yang berbalut handuk masuk dari belakang rumah. Dia malu-malu menundukkan muka , langsung masuk kamar. Aku meminta 3 bungkus indomi untuk digoreng . “Sini mas kita saja yang goreng,” kata bu karta. Orang di Indramayu ini menyebut kita untuk aku. Setelah mi di goreng aku minta dia merebus air dan pinjem mangkuk untuk mencampur air dengan tepung sagu . “ Segini cukup gak mas airnya. “Kurangi dikit mbak.” Setelah air menggelegak aku masukkan air campuran dengan kanji dan bumbu mi instannya. Setelah mendidih dan kuah agak mengental kuminta dipindahkan ke tempat lain. Sekarang makanannya sudah siap. Mas kita cuma punya nasi ama ikan asin. Lalu kami pun mengelilingi meja makan yang posisinya ditempelkan ke tembok dengan 4 kursi. Aku duduk di tengah, disamping ku Nani, dan di kiriku Bu karta. “Wah enak mi-nya mas, masnya pinter masak juga ya,” ” Ini namanya ifumi, tapi sebenarnya bumbunya lebih lengkap dari ini ada sayur, ada bakso, baso ikan, dan udang segala, tapi karena adanya ini ya begini aja lah,”  kata ku . “Enak ya mak, kita jadi pengin nambah mi nya lagi,” kata Nani yang makan sambil duduk kakinya diangkat satu (metingkrang). “Mas itu ada tempe mau diapain, biar kita yang ngerjain,” kata mak Karta. “Digoreng aja biasa mbak,” kata ku. Dia lalu menghilang ke belakang tinggal aku dan Nani di ruang yang rada gelap. Kami ngobrol dan aku mengorek banyak informasi. Katanya dia sudah ditawari kerja ke Jakarta, Tapi maknya belum ngasih karena sendirian di rumah. Gak terasa sudah jam 4 sore, cuaca mulai teduh.

“E mas-e mau mandi kan, ayu bareng kita ke belakang saya unjukin tempatnya. ” kata mak Karta. Aku segera mengorek isi tas ku mengambil sabun cair, handuk dan celana pendek serta kaus oblong, juga sikat gigi. Maknya Nani juga kelihatannya bawa perlengkapan mandi nani juga . mereka masing masing menjinjing ember kecil. Mereka mau mandi juga nampaknya. Kami sampai di halaman belakang yang jaraknya sekitar 10 m dari rumah ditengh kebun singkong. Di situ hanya ada ponpa tangan dan ember yang lebar. Tidak ada dinding, sehingga sama sekali terbuka. Aku melihat ke sekeliling, tidak ada bangunan apa pun . Ternyata kamar mandinya ya di pompa itu. Di situ hanya ada dua tonggak yang dihubungkan dengan kawat. Maksudnya mungkin untuk jemuran. Mereka berdua lalu melampirkan handuk, dan baju-baju mereka. Kulihat mereka gak bawa sarung, aku jadi mikir nih mereka mandinya gimana. Aku diam aja sambil pura-pura terlihat biasa sambil menyampirkan baju-bajuku dan membuka semua pakaianku kecuali celanda dalam yang memang bentuknya boxer. Si mak giat sekali memompa. Aku segera mengambil alih memompa . Astaga mereka berdua membuka semua bajunya sampai telanjang bulat di depan ku lalu jongkok di pinggir ember. Dengan gayung bekas kaleng susu mereka membasahi semua badannya lalu menyabuni tubuhnya Aku terus memompa sambil pura-pura cuek, padahal dedeku mulai mengembang. “ Udah itu mas air juga udah penuh masnya juga mandi sini, kata si mak,” Aku tidak mau kalah dengan aksi mereka, Aku berbalik dan segera melepaskan celana dalam, dan kugantungkan dengan bajuku. Kututup burungku lalu aku jongkok berhadapan dengan mereka. Pembatas kami hanya ember. “Wah masnya gak biasa mandi di kampung jadi masih malu ya mas,” kata Mak karta. Aku hanya nyengir, “Ah nggak mbak, Cuma burungku susah diatur,” kataku berkilah. Mas nya gak biasa sih jadi burungnya kaget kali, “ kata bu Karta.

Ibu nya si Nani ini tampak makin cantik ketika semua rambutnya dibasahi. Toketnya cukup montok mungkin ukuran 38 , perutnya agak gendut sedikit, tapi masih bisa digolongkan ramping untuk seumuran dia, pantanya buset gede banget, begitu juga pahanya. Badannya putih mulus pula.Nani badan gadis remaja Teteknya masih mancung menantang dengan putting kecil yang belum berkembang, jembutnya masih jarang sekali, berbeda sama jembut ibunya. Karena mereka cuek, aku juga cuek aja, meski pun barangku ngacung terus. Ah normal aja pikir ku, laki-laki dekat perempuan telanjang pula pastilah on. Gitu dong mas jangan malu-malu, Komentar ibunya sambil dia mengambil semacam sabut untuk menggosokkan badannya. Aku diberinya satu sabut yang kuperhatikan bentukunya bulat panjang seperti gambas atau oyong. Aku tenang saja menggosok badan ku sambil berdiri dan mereka berdua juga akhirnya berdiri sih. Mas sini aku gosok punggungnya dan mas gosok punggunya Nani. Kami pun lalu berbaris saling menggosok. Mulanya aku menggosok punggung Nani, Tapi lama-lama tangan ku gak tertahan meremas pula tetek si Nani. Tapi dia diem aja. Si Ibu masih terus menggosok, tapi tidak hanya punggung juga sampai ke kaki-kaki pula Eh lama-lama naik sampai ke dekat dede ku. Di bagian vital itu disabuninya pula tapi gak pake sabut. Aku jadi menggelinjang gak karuan. Eh dia malah lama sekali berputar-putar menyabuni dedeku. Aku jadi gelap mata kutarik si Nani lalu kucium. Nani membalas. Aku udah kehilangan akal, sampai gak terasa kalau dedeku dibasuh air. Tapi aduh ternyata burungku dilomot sama si ibu. Buset kok jadi orgi di kebun singkong gini. Aku tidak bertahan lama segera muncrat di dalam mulut si ibu. Dia buang air mani ku . Aku segera menempelkan barang ku ke pantat si nani yang kupeluk dari belakang sementera tanganku sudah dari tadi mengorek-korek itil si Nani sampai dia muncak juga nampaknya. Aku kemudian berbalik ke si emak dan kurangkul dia lalu kucium mulutnya. Dia membalas dengan ganas. Tangan ku tak hanya meremas teteknya yang super toge, tapi juga mulai mengelus-elus mekinya.. Aku mau balas dendam. Perlahan-lahan kujilati tubuhnya kebawah sampai akhirnya aku berlutut dan di depanku terpampang memek berjembut lebat. Lidahky mencari sendiri belahan memek sambil tanganku menyibak hutan rimba. Memeknya tidak ada baunya, malah cenderung bau sabun. Mulutku kubekap ke memeknya dan kaki kirinya kupanggul dipundakku. Si emak berpegangan ke tiang sambil mendesis-desis. Gak sampai 2 menit dia sudah muncak dan sambil mengerang. Barangku jadi keras lagi aku segera berdiri dan kusuruh si emak membungkuk dengan sekali tusuk masuklah si dede ke meki emaknya dari belakang . Aku sungguh terpesona dengan pemandangan pantat yang demikian besar membulat aku tabrak-tabakkan badan ku ke pantat si emak dan si emak mengimbanginya dengan mendesis-desis. Nani yang jongkok sambil mengguyur badannya memperhatikan kelakuan kami. Kupanggil dia agar mendekat. Nani menurut lalu aku sambil memompa emaknya aku gerayangi badannya. Sekitar 5 menit si emak sudah bilang “ udah-udahmas ampun mas saya lemes banget,” katanya setelah dia meregang puncak orgasme. Sementara aku masih nanggung.Kini nani ku minta nungging dan segera dedeku kuarahkan ke memeknya dari belakang . Beda banget memek sianak dengan si Mak, Si Emak tadi mudah sekali mencoblosnya. Kalau sianak pake rada dituntun baru bisa pelan-pelan masuk. Aku kembali memompa dan karena ketatnya liang nani aku tidak mampu bertahan lama baru sekitar 5 menit aku sudah merasa akan meledakkan lahar. Kucabut dari meki si Nani lalu ku tembakkan ke udara bebas. Si emak lagi di duduk dilantai lemes. “Si emas jago banget maennya,” kata emak. Kami lalu menuntaskan mandi dan segera kemlai ke rumah. Kami jadi makin akrab dan aku segera dibawanya masuk ke ruang tidur. Kamar tidur itu adalah satu-satunya kamar tidur di rumah itu. Di situ terbentang 2 kasur yang didempetkan namun dengan dua sprei yang berbeda corak. Aku disuruhnya istirahat tiduran. Dan mereka berdua juga ikut tidur mengapit aku.

Si emak ini agresif sekali. Kalau bicara sebentar-sebentar nyium pipiku. “Aku gemes sama si emas abis cakep sih,” katanya. Karena matahari masih mencorong dan kami di dalam kamar yang tidak berventilasi, dengan birahi tinggi maka badanku cepat sekali berkuah alias berkeringat. “Panas banget boleh gak kita buka baju, “ kata ku menyebut diriku dengan kita menyesuaikan bahasa mereka. Tanpa menunggu jawaban dari mereka aku segera bangkit dan melepas tidak hanya baju tetapi semua busana ku sampai aku telanjang bulat. “ Kok dibuka semuanya,” kata si Nani. “Abis panas, lagian kan tadi udah pada liat di sumur, jadi malunya udah ilang,” kata ku. “Idih,” kata Nani. Aku kembali mengambil posisi di antara mereka dan diam saja tidak bereaksi. Si emak langsung meremas tol ku sambil menciumi pipiku. Kelihatannya dia menginstruksikan anaknya untuk juga menciumiku dari sisi lain. Nani gerakannya masih canggung, tapi aku diam saja. Emaknya bangkit sambil duduk mengintrusikan anaknya untuk menciumi seluruh badan ku. Aku protes agar mereka juga telanjang sehingga kita bertiga sama posisinya. Emaknya lalu berdiri membuka semua bajunya dan dia juga menyuruh anaknya untuk membuka semua bajunya juga..

Si emak kembali mengajari anaknya bagaimana caranya menyenangkan laki-laki, sampai akhirnya anaknya disuruh ngemut tool-ku. “ Jangan sampai kena giginya,  nanti masnya ngrasa sakit. Mulanya si Nani agak ragu. Tapi kemudian ibunya memberi contoh dengan cara mempraktekkannya langsung lengkap menjilat kedua kantong zakarku sampai ke lubang matahari. Aku yang menjadi bahan praktikum, mengelinjang-gelinjang nikmat. Nani tampaknya berbakat, karena dalam waktu relatif singkat dia sudah menguasi ilmu oral-mengoral. Setelah sekitar 10 menit kutarik tubuhnya ke atas lalu kusuruh dia duduk di dadaku kusuruh maju sedikit sampai mekinya tepat jangkauan lidahku. Kukuak memeknya yang masih gundul dan baru berambut sedikit. Benjolan kecil nampak menonjol di ujung atas bibir dalamnya. Itu tanda dia sudah cukup terangsang, Segera lidahku menggapai clitoris sambil kedua tanganku menahan pinggulnya yang kalau kulepas gerakannya terlalu liar. Nani mendesis sambil mengerang. Dia kelihatannya lebih rame dari pada ibunya. Ibunya yang dari tadi duduk saja memperhatikan permainan kami tiba-tiba bangkit. Aku tidak bisa jelas melihatnya, tapi aku merasa dia duduk mengangkangi badanku sambil menuntun tool ku yang lagi siaga ke dalam mekinya. Blebesss, masuk semua barang ku kedalam mekinya dan dia segera memaju mundurkan pinggulnya. . Toolku seperti diulek atau dikacau (stir). Kosentrasiku jadi terbelah. Tapi aku berusaha memuatkan serangan lidahku secara konstan di ujung clitoris si Nani. Nani makin hot terlihat dari gerakannya yang melawan tahanan tanganku. Aku semakin keras menahan pinggul nani agar dia tidak menggelinjang terlalu liar. Akhirnya Nani sampai dan dia menjerit. Aku lalu membenamkan mulutku di meki nani. Ibunya nampaknya terpengaruh dengan teriakan Nani sehingga dia pun lalu mempercepat gerakkannya dan semakin liar sampai akhirnya dia juga berhenti dengan liang vaginanya berkedut. Dia memeluk anaknya . Keduanya aku minta tidur telentang untuk istirahat. Aku mengambil alih dengan mencolokkan jari tengah kanan ke Nani dan jari tengah kiri ke emaknya. Aku meraba titik G spot mereka. Keduanya akhirnya teraba. Lalu ku usap halus. Mereka mulai bereaksi dan pinggulnya di gerakkan gak beraturan, kadang maju mundur kadang kiri-kanan, sampai tiba-tiba Nani teriak sekencang-kencangnya gak sampai semenit Emaknya juga ikut teriak panjang..  Mereka berdua seperti orang tak berdaya lemas dan pasrah. Aku segera mengambil alih untuk memuaskan diriku. Pertama kupilih meki emaknya, kugenjot sampai sekitar 10 menit, kemudian aku pindah ke nani dan kugenjot terus sampai akhirnya aku memuntahkan lahar putih jauh di dalam meki si Nany.

Kami tertidur bertiga dalam keadaan bugil..  Aku tidak sadar berapa lama tertidur sampai kudengar suara samar-samar emak si nani bangun .dia mencari lampu untuk dihidupkan, karena seisi rumah itu gelap gulita. Lampu yang dinyalakan adalah lampu minyak. Aku pun lalu bangun dan akhirnya kami bertiga dengan obor menuju ke sumur untuk membersihkan diri. Aku merasa kayak punya dua istri dua di kampung ini. Tapi uniknya kedua istri itu anak dan ibu. Keduanya berlaku manja sekali dan sering menggelendot..“Mas tempenya udah digoreng, mau dimasak apaan” kata si emak. :”Diulek pake 1 siung besar bawang putih dan cabe rawit ijo, tapi cabe dan bawangnya diulek dulu sama garam, jangan terlalu alus baru tempenya di teken-teken ke sambelnya,” kata ku. Dengan lauk tempe itu kami bertiga makan malam dengan lahapnya. “Enak banget ya padahal Cuma gitu aja bikinnya, “ kata si emak. Selesai makan kami duduk di beranda rumahnya sambil aku dibuatkan kopi dan singkong rebus. Kami ngobrol sampai sjam 11 malam. Lalu kembali masuk rumah dan menutup pintu.

Kami bertiga kembali berbaring dan aku selalu ditempatkan diantara mereka berdua. Kami malam itu bertempur lagi sampai jam 2. Sampai akhirnya bangun agak kesiangan . Jam 7 baru kami terjaga dari tidur nyenak.  Lalu kami buru-buru berkemas dan kembali ke sumur untuk membersihkan diri. Di sumur tidak terjadi insiden. Jam 10 si Heri datang untuk menjemput aku. Si emak minta agar aku memperpanjang waktu dan minta Heri datang besok lagi.

Senin, 18 Mei 2015

Cerita Dewasa Dukuh Terpencil Lereng Bukit



Cerita kali ini membahas tentang Cerita Dewasa Dukuh Terpencil Lereng Bukit – Ini merupakan dunia baru bagi Aldi. Bagaimana tidak? Dia biasa tinggal di tengah hiruk pikuk perkotaan, saat ini harus tinggal di sebuah desa terpencil yang cukup jauh dari peradaban. Ini memang tugas. Tiga bulan lalu ia diterima sebagai PNS di instansi yang berhubungan dengan desa tertinggal.

Sebagai sarjana teknik sipil ia ditugaskan untuk mendesain sekaligus mengerjakan sebuah proyek irigasi. Desa Klecak, itu nama desa yang ia tempati saat ini. Desa tersebut berada di lereng perbukitan, sebenarnya merupakan desa yang cukup subur. Hanya saja kurang ditopang dengan kondisi air yang memadai karena belum ada saluran irigasi yang permanen. Jika ada saluran irigasi, itu pun hanya saluran terbuat dari tanah yang digali memanjang. Topografi yang berbukit membuat saluran itu kerap bocor sehingga kurang maksimal. Disinilah tugas utama Aldi untuk merancang dan membuat saluran irigasi permanen dari air terjun yang berada di ujung desa dan berbatasan dengan hutan lindung. Tentu dengan peran swadaya masyarakat setempat. Panjang saluran direncanakan sekitar 900 meter menyisir lereng bukit dengan jarak terdekat dari dukuh paling ujung adalah 500 meter. Dengan wilayah berbukit, membuat desa itu terbagi dalam beberapa pedukuhan yang saling terpisah. Jalan antar pedukuhan di desa itu bebukit, naik turun terhubung dengan jalan setapak yang membelah ladang.

Sebagai pendatang sekaligus tamu bagi desa itu, awalnya ia diminta tinggal di rumah pak Kades, Sukarya yang terbilang cukup megah untuk ukuran orang desa. Meski jaraknya cukup jauh dengan lokasi yeng hendak dibangun, Ia mau menuruti saran tersebut. Apalagi, nyalinya sedikit kecut juga tinggal di daerah terpencil yang belum ada listrik. Pekan-pekan pertama ia harus berjalan sekitar 45 menit untuk survey menuju lokasi pembanguan yang berada di dukuh Binangun yang merupakan dukuh paling ujung di desa Klecak. Setelah dua pekan tinggal di tempat pak Kades ia membulatkan tekat untuk tinggal di Dukuh Binangun dengan alasan lebih fokus pada pekerjaan. Apalagi ia ingin cepat-cepat menyelesaikan proyek itu dengan harapan bisa kembali ke kota kecamatan yang lebih dekat dengan dunia luar. Dukuh yang ia tempati saat ini berjumlah sekitar 30 kepala keluarga. Masyarakatnya sangat ramah dan masih menjujung tinggi adat istiadat. Sebagian besar dari mereka bekerja sebagai peternak dan petani di ladang. Aldi sendiri, di dukuh itu di tempatkan di rumah pasangan suami istri Sanwirya-Rukiah. Mereka adalah sepasang suami istri yang sudah cukup tua. Usianya sekitar 53 dan 49 tahun. Mereka tinggal sendiri karena ketiga anak perempuannya sudah menikah dan ikut suaminya. Sedangkan si bungsu yang laki-laki sedang merantau ke kota. Keramahan kedua pasangan itu membuat ia betah tinggal di rumah itu meski terbilang sederhana. Apalagi Aldi sudah dianggap seperti anaknya sendiri.

Awal pekan ke tiga masih dilakoni dengan tugas survey dan merancang gambar bangun irigasi, guna menentukan titik-titik yang dirasa tepat dilalui saluran tersebut. Dengan tinggal di rumah pasangan Sanwirya-Rukiah membuat kerja lebih mudah dan jaraknya lebih dekat. Untuk menuju air terjun yang menjadi sumber air irigasi hanya butuh waktu 15 menit saja. Tidak seperti hari-hari sebelumnya, hari ini Aldi berangkat lebih siang menuju lokasi survei. Ia agak santai sebab sedikit lagi rancangannya hampir sempurna. Di tengah terik matahari, Aldi berjalan menyusuri jalan setapak. Di sisi kiri terhampar ladang yang ditumbuhi tanaman jagung dan di sebelah kanan ada tebing perbukitan. Sambil mengamati sekitar ia bergumam dalam hati “Jika saluran irigasi ini selesai dibangun, tentu tidak hanya tanaman jagung yang bisa tumbuh di ladang tersebut, namun bisa pula ditanamani padi yang lebih produktif secara ekonomi,” Saat hendak sampai lokasi air terjun matanya melihat satu perempuan dengan anak gadisnya. Mereka tengah sibuk menyiangi rumput di lahan jagung. Perempuan itu adalah Ningsih, usianya sekitar 40 tahun dan anak gadisnya Tari usianya baru 11 tahun. Aldi tahu nama mereka karena mereka tinggal tak jauh dari rumah pasangan Sanwirya yang ia tempati saat ini. Bahkan saat survey sebelumnya ia beberapa kali bertemu dengan mereka dan saling sapa. Ningsih sebenarnya masih memiliki suami, namun sudah 10 tahun sejak merantau, suaminya tidak pulang ke rumah. Ada slentingan suaminya menikah lagi, namun itu semua hanya kabar burung. Itu membuat Ningsih harus membesarkan kedua anaknya sendirian, semua anaknya perempuan. Rusmi si sulung sudah menikah dua tahun lalu dan ikut suaminya di desa tetangga, sehingga ia hanya tinggal dengan si bungsu Tari. Kesibukan sehari-hari hanya diisi dengan mengurus rumah dan ladang. Sesekali dibantu Tari.

Saat semakin dekat Aldis menyoba menyapa Ningsing. “Rajin sekali mbak. Sudah siang masih di ladang,”. Mendengar itu Ningsih menoleh “Eh..Iya mas..kalau ndak rajin kami makan apa..kami hanya mengandalkan hasil ladang untuk makan. Tidak seperti mas Aldi yang tidak harus panasan di ladang sudah punya gaji tinggi,” ujar Ningsih. “Ah bisa saja mbak ini..,” ujar Aldi mengelak. Karena survei hampir selesai, Aldi menyempatkan berbincang-bincang dengan Ningsih. Saat berbincang-bincang inilah ia baru benar-benar memperhatian Ningsih. Meski usianya sudah berkepala empat namun badan perempuan tersebut sintal dan kencang, mungkin karena biasa bekerja di ladang. Tingginya sekitar 155 cm. Dadanya besar bulat terlihat jelas di balut kebaya warna merah yang lusuh. Bahkan sebagian gundukan dadanya menyembul di antara kebaya yang dipakainya. Kulitnya berwarna agak hitam namun terlihat manis. Jika saja bajunya tidak lusuh mungkin masih terlihat kecantikannya. Saat tengah memperhatikan Ningsih ini Aldi dikejutkan suara Tari. “Bu sudah siang, Tari lelah,” ujar Tari. Mendengar hal ini Ningsih meminta anaknya pulang dulu. Mungkin karena ndak enak hati karena masih ngobrol dengan Aldi. “Sudah kamu pulang dulu, nanti ibu menyusul,” jelas Ningsih. Setelah Tari pulang Ningsih meminta obrolan dilanjutkan di gubuk yang berada di tengah ladang. “Mas jangan ngobrol di sini. Di gubuk saja, sekalian saya mau ambil jagung muda yang dipetik tadi ,” ujar Ningsih. “Lho masih muda kok sudah dipetik,” ujar Aldi heran. “Ya memang harus dipetik. Satu tanaman hanya satu jagung saja. Supaya besar. Jika berbuah lebih dari satu dipetik saat muda untuk dijual ke pasar guna di masak sayur,” ujar Nigsih. Tanpa berakata lagi Aldi berjalan mengikuti Ningsih. Saat berjalan itulah matanya kembali memperhatikan tubuh Ningsih. Saat itu dimatanya makin jelas melihat bahwa tubuh perempuan di depannya benar-benar sintal. Pantatnya besar dan kencang, terlihat jelas dibalut kain jarit sebatas lutut. Melihat itu tak terasa Aldi menelan lidah dan jakunnya naik turun, nafsunya perlahan namun pasti mulai naik. Saat menyusuri pematang itulah tiba-tiba Ningsih terpeleset dan berteriak kecil. Dengan sigap Aldi menangkap tubuh Ningsih dari belakang. Namun itu justru membuat mereka berdua limbung, terpelintir dan jatuh berguling ke ladang jagung di tepi pematang. Secara naluriah tangan kanan Aldi melindungi bagian kepala ningsih agar tidak terbentur tanah sedangkan tangan kiri memegang bagian pinggang. Sementara kedua tangan Ningsih mencengkram erat pundak Aldi. Kondisi ini justru membuat tubuh Aldi menghimpit erat tubuh Ningsih. “Tidak apa-apa mbak?,” tanya Aldi sambil khawatir. Ningsih yang ditanya malah diam, terlihat wajahnya masih kaget dan takut. Namun itu tak berlangsung lama. “Ndak apa-apa hanya kaki dan punggungku sedikit sakit,” jelas Ningsih. Mendengar ini Aldi mencoba meraba punggung Ningsih, namun tiba-tiba Ningsih sadar bahwa tubuhnya terhimpit oleh Aldi. Ia buru mendorong tubuh Aldi, ini membuat Aldi juga sadar bahwa ia menghimpit Ningsih. Aldi lantas buru-buru mengangkat tubuhnya namun saat hendak duduk justru melelihat pemandangan indah di depan matanya. Kancing kebaya yang dipakai oleh Ningsih lepas dan putus. Begitu pula dengan kait BH bagian depan sobek dan nyaris putus. Di balik BH lusuh tersebut menyembul payudara besar milik Ningsih. Benar-benar besar menantang dan masih kencang. Melihat hal ini, jantung Aldi berdetak lebih cepat, matanya terus tertuju kepada kedua payudara Ningsing. Dipandangi seperti itu Ningsih sadar bagian depan tubuhnya yang sensitif terbuka. Ia terkejut dan lantas menutup payudaranya dengan kedua tangannya. Wajahnya memerah malu. Melihat hal ini Aldi mencoba memalingkan wajahnya meski dihati tidak ingin melepaskan pemandangan indah di depan matanya. Melihat Aldi berpaling Ningsih lantas segera membenahi kebayanya namun karena kancing bajunya sudah putus tidak bisa menutupi secara sempurna. Salah satu tangganya harus tetap memegang kebaya itu agar tidak terbuka. Dari duduk bersimpuh ia mencoba berdiri. Saat hendak berdiri itulah tiba-tiba pergelangan kakinya terasa sakit, karena terkilir. Namun ia paksakan berdiri, itu justru membuat dirinya goyah dan jatuh kembali. Sial sebelum jatuh, kakinya menginjak kain jarik yang menutupi bagian bawah tubuhnya. Karena ikatannya sudah longgar membuat kain tersebut terlepas. Celakanya tanpa celana dalam. Mendengar teriakan lirih Ningsih saat jatuh membuat Aldi menengok kembali. Saat itu terlihat bagian bawah tubuh ningsih terbuka. Kondisi ini membuat wajah Ningsih kian memerah menahan malu. Rasanya ingin menangis. Kedua pahanya secepatnya ditutup dan kakinya ditekuk untuk menutupi area sensitifnya. Sedangkan kedua tangannya masih memegang erat kebayanya. Disuguhi pemandagan indah seperti ini membuat nafsu Aldi kian memuncak. Namun demikian masih ada rasa iba dihatinya. Dengan perlahan dihampiri Ningsih, diambilnya kain jarit yang terlepas kemudian dipakaikan untuk menutup tubuh bagian bawah Ningsih. Sambil berkata lirih “Maaf mbak,”. Kemudian Aldi membopong Ningsih. Namun saat hendak dibopong Ningsih menolak “Jangan mas malu dilihat orang desa,” . Namun Aldi tetap membopong perempuan tersebut “Tidak apa-apa. Kaki mbak sedang sakit aku bantu gendong ke gubuk. Siapa tahu setelah istirahat bisa sembuh,’ jelas Aldi.

 Nafsu yang sudah memuncak, membuat Aldi tidak membopong ningsih ke Gubuk. Justru ia berjalan ke tengah-tengah ladang jagung. “Mau kemana mas, gubuknya disana..ini mau kemana,” ujar Ningsih. Mendapat pertanyaan seperti itu Aldi hanya diam dan terus berjalan masuk diantara rerimbuan pohon jagung. Saat benar-benar ditengah ladang di dudukan Ningsih di atas tanah.
“Mas..mau apa ini..jangan macam-macam,” kata Ningsih lirih mulai curiga. Wajahnya kelihatan mulai pucat. “Tenang saja mbak aku bantu supaya sembuh,” jelas Aldi. Setelah membaringkan ningsih secepat kilat ia memeluk tubuh perempuan itu dan melumat bibirnya. Ini membuat ningsih gelagapan. Dengan reflek ningsih hendak mendorng tubuh Aldi namun tenaganya kurang kuat. Justru himpitan tubuh aldi kian kuat. Tidak hanya melumat bibir Ningsih, tangan Aldi pun mulai bergerilya di dua bukit kembar ningsih. “benar-benar masih kenyal dan kencang,” batin Aldi. Ini membuat ia kian buas meremas payudara Ningsih.

Remasan Aldi membuat ningsih menggelinjang. “Ouwh..Ouwh..” desahan keluar dari bibir ningsih pelan. Namun tangannya masih menahan tubuh Aldi.
Dari bibir ciuman diarahkan ke leher. Bau keringah khas wanita benar-benar terasa, ini membuat Aldi kian bernafsu. Diciumi dan dijilati leher ningsih dengan liar. Ciuman aldi membiat ningsih blingsatan. Nafsu mulai menjalari tubuh ningsih. Kedua tangganya yang tadi menolak tubuh aldi kian melemas. “Jangan mas..ah..ah,’ desah Ningsih. Mendengar desahan ningsih membuat Aldi kian bersemangat. Kali ini ia menelusuri payudara ningsih. Dibenamkan wajahnya dalam dua bukit kembar ningsih yang membusung dan menantang. Dari antara dua bukit itu lidahnya bermain, menyapu pelan hingga ke puting susunya. Dikulumnya dengan halus dan kadang digigit pelan. Ini membuat Ningsih kian menceracau. “Mmmm ahhh..,” desahan keluar dari mulut ningsih. Dari payudara Aldi kembali melumat bibir Ningsih. Lidahnya bermain dilangit-langit mulut ningsih. Ini membuat desahan ningsih kian kuat. Sembari melumat bibir perempuan setengah baya ini, dengan pelan Aldi melepaskan bajunya sendiri. Setelah bajunya lepas dihimpit kembali tubuh ningsih. Kali ini tidaklah keras namun halus dan penuh perasaan. Gesekan antara dada yang bidang dengan payudara yang membusung membuat dua insan itu kian tenggelam dalam nafsu. Setelah puas melumat bibiur ningsih dan mempermaikan payudara perempuan itu. Denga pelan dilepaskannya kain jarit yang menutupi bagian bawah perempuan itu. Secara reflek Ningsih menghimpitan kedua pahanya secara erat. “Jangan mas..jangan berlebihan,” jelas Ningsing. “Tenang aja mbak..” kata aldi. Dengan kedua tangganya ia membuka paha Ningsih. Agak susah karna ada sediikit perlawaan. Diciuminya paha ningsih dengan halus. Dengan tangan kananya diremas pelan payudara ningsih. Ini membuat Ningsih kembali melayang. Dua paha yang tadinya menghimpit keras, pelan-pelan melunak dan mulai terbuka. Dari paha ciuman Aldi terus naik dan mendapati bukit mungil yang ditumbuhi rambut. Pelan-pelan dibuka bukit kecil tersebut dan mulai dijilat. Baunya sangat khas, namun Aldi sudah tidak mempedulikannya. dengan nafsu di sedot pelan belahan bukit kecil tersebut. Ningsih yang sudah lama tidak disentuh dan belum pernah merasakan pengalaman seperti ini langsung melayang. Nafasnya kian memburu. Bahkan sesekali pantatnya diangkat saat sapuan dan sedotan halus dilancarkan di klitoris Ningsih. Puas mempermainkan bagian bawah Ningsih, aldi melepas celananya. Terpampang batang kemaluan Aldi yang cukup besar dan panjang. Melihat hal ini mata ningsih terbelalak. “Mas..sudah mas..jangan dilanjutkan.. ini dilarang,” ujar ningsih dengan muka sendu dan memerah. Aldi hanya tersenyum, dengan pelan senjatanya ini dimasukan ke liang senggama milik ningsih. Dimasukan ujungnya ditarik lagi. Meski sudah becek namun agak sempit. Barangkali karena ningsih sudah lama tidak disentuh. Itu dilakukan berulang-ulang. Saat setengah batang kemaluannya sudah masuk setengah ke liang senggama ningsih, dengan keras aldi menekannya dan..Bless..masuk semua. Terdengar jeritan ningsih tertahan. “ahhh..mass,’” hanya itu yang keluar dari mulut ningsih. Didalam liang kemaluan ningsih aldi merasakan batang kemaluannya serasa dipijit pijit oleh kontraksi otot vagina ningsih. Hangat, lembut dan nikmat. Begitupula dengan ningsih, merasakan kenikmatan yang tiada tara. Setelah sepuluh tahun lebih tidak disentuh oleh suaminya ia benar-benar merasakan dahaganya mulai tersalurkan. Saat batang kemaluan Aldi yang besar dan panjang ini menembus masuk ke dalam liang senggamanya serasa ada yang mengganjal namun nikmat. ia ingin menelan semuanya dan tak ingin melepaskannya. Pelan Aldi mulai menggoyang pantatnya. Gesekan antara dua kemaluan yang berbeda jenis ini membuat sensasi kenikmatan yang luar biasa. Semua syaraf terasa seperti teraliri listrik. Nafsu pun kian memuncak desahan dari mulut ningsih kian keras…”Ah..ah…mas..terus..ahh,” desah ningsih tak ada hentinya. Aldi terus mempercepat goyangannya, pelan namun pasti ningsih juga menggoyangkan pantatnya membuat kemaluan aldi sperti disedot dan diremas-remas. Ditekuknya paha ningsih dan dihunjamkan kian keras batang kemaluan Aldi ke liang vagina Ningsih. Seperti kesetanan Aldi terus mempercepat memompa ningsih. Begitupula dengan ningsih kian menggeliat dan mendesah keras…”auh..ohhh…yaah..masss…teruss..,” Ia sudah tidak memperdulikan sekitarnya. Kenimatan terus menjalari dua insan itu..detak jantungnya berpacu kian keras, pada satu titik, waktu serasa berhenti dan “crooot” “ahhhh………” erangan panjang menandakan keduanya mencapai orgasme.

Semua hasrat telah tersalurkan, sendi-sendi terasa lemas namun mereka masih berpelukan serasa tidak ingin saling melepaskan. Aldi kemudian mengecup kening Ningsih..”makasih mbakk..” air mata menetes dari ujung mata ningsih. Ia kemudian memeluk erat aldi sambil berbisik “makasih juga mas…,” jelasnya. Setelah menyelesaikan hajatnya ..aldi membopong ningsih ke gubuk di tegah sawah. Ia kemudian menuju air terjun yang tak jauh dari ladang itu, bersih-bersih kemudian mengambil air dengan ember dan membersihkan tubuh ningsih dari kotoran tanah. Setelah beristrahat sejenak ia memapah ningsih pulang.

Sabtu, 16 Mei 2015

PEREMPUAN DESA YANG MONTOK DAN CANTIK



Cerita ini kumulai saat ban mobil yang kukendarai bocor tertusuk paku dalam perjalanan ke luar kota. Huuhh…. Sial ternyata kunci roda yang ada tidak pas dengan baut roda mobilku…. Sehingga dengan kesal ku susuri jalan ditengah terik matahari menuju sebuah rumah yang terparkir sebuah angkot tua, semoga saja pemiliknya punya kunci roda yang pas dengan baut ban mobilku. “Assalamu alaikum…..!” sapaku dengan wajah sedikit memelas didepan pintu rumah yang sedikit reot, maklum di kampung yang jauh dari kota. “Wa alaikum salam…” terdengar jawaban seorang wanita namun belum nampak batang hidung yang punya suara. Mendengar suara itu kuberanikan diri sedikit melongo kedalam rumah itu….Opss…ternyata ada seorang wanita kira-kira berusia 25 tahunan sedang menyusui anaknya… Oh.. my God lumayan juga parasnya untuk wanita ukuran di kampung ini, dan tentunya yang membuatku terkesima buah dadanya yang indah tampak terbuka sedang diisep sama anaknya yang masih berusia balita. “ Maaf mbak … apa saya bisa pinjam kunci roda mobilnya ?” tanyaku sambil tak putus mataku memandang sebuah keindahan , seraya mengkhayal jika aku yang menikmati buah dada yang indah itu…. “ Oh….sebentar pak saya Tanya dulu suami saya…! “ Jawab wanita tadi sambil terburu-buru menutup dada indahnya yang mungkin Ia sadar jika betapa aku menikmatinya. Singkat cerita kunci roda tersebut berhasil saya pinjam dan bergegas kugunakan untuk mengganti ban yang bocor dengan ban cadangan. Tentunya dengan alasan mengucapkan terima kasih , kami sempat berbincang dan berkenalan.

Maaf pak …. Rencananya mau kemana…? Tanya wanita itu . “ Oh saya mau ke kota X dalam rangka tugas kantor “ Jawabku sekenanya. “ Sebenarnya saya juga mau ke kota itu untuk menemui saudara yang katanya berdomisili disana , tapi alamatnya belum begitu jelas dan kebetulan suami saya tidak bisa mengantar karena kendaraan Angkotnya masih rusak “ Kata wanita itu diamini oleh suaminya yang baru bangun tidur dan ikut menemani kami berbincang-bincang. Pucuk dicinta ulam tiba begitulah kata pepatah, dengan tanpa melewatkan kesempatan untuk dapat berlama-lama dengan wanita itu, apalagi dia akan berangkat sendiri tanpa suami dan anaknya, dengan alasan suaminya masih harus menyelesaikan perbaikan angkot yang masih rusak itu. Apalagi aku memang hanya sendiri di kendaraaanku. Sepanjang perjalanan kami ngobrol panjang lebar tentang segalanya dan akhirnya dapat kuketahui nama wanita itu adalah Erni. Sampai kami tiba di kota tujuan. “Mbak Erni rencana mau nginap dimana ? kan hari sudah mulai gelap tentunya sulit mencari alamat saudaranya waktu begini “ tanyaku. “ Entahlah mas soalnya saya tidak punya cukup uang jika harus menginap di penginapan” Jawab Erni dengan sedikit kebingungan. “Bagaimana jika kita menginap dulu di penginapan tempat saya menginap, esok hari baru kita sama-sama mencari alamat saudara mbak itu !” Tawarku kepada Erni. “Tapi mas apa tidak merepotkan ?” tanyanya dengan nada ragu tapi mau. Kujawab “Ya …enggak lah ….kan mbak Erni sudah menolong saya jadi tidak ada salahnyakan jika saya membalas pertolongan itu ….” Jawabku sembari dalam hati bersorak YESS…“ Ya deh mas …. Saya ikut mas aja !” Jawabnya pasrah.

Setiba di penginapan ternyata kamar yang tersedia tersisa 1 yang kosong yang lainnya sudah di booking calon tamu lainnya dan tidak bisa di ganggu gugat lagi soalnya sudah di bayar Full. “ Aduh mbak kamarnya Cuma ada satu yang kosong, gimana nih……” Tanpa menunggu jawaban langsung kujawab sendiri dengan sedikit memaksa “ Udahlah mbak…. Mbak tidur dikamar saya saja biar saya yang tidur di sofa “. “ Tapi mas ……” jawabnya ragu, namun akhirnya seperti kebo di cucuk hidungnya ikut dibelakangku menuju kamar sambil mengangkat tas Erni dan tasku sendiri. Setelah masuk dalam kamar dan menyelesaikan segala urusan dengan room service yang mengantar ke ruangan yang ku pesan. Kami terdiam sejenak, dan Erni terduduk di sofa sambil memandangku bingung. “ Silahkan mandi dulu mbak… itu handuk bersih dan ini sabun cair dan shampoo saya yang bisa mbak pake , saya rapikan dulu perlengkapan saya, nanti selesai mandi kita cari makan malam di luar saja , karena penginapan ini tidak menyiapkan makan malam yang sesuai dengan selera saya “. Sambil menyodorkan perlengkapan mandiku ke Erni untuk digunakan dan Erni nurut aja apa yang ku sampaikan. Setelah semuanya beres kami keluar penginapan mencari rumah makan yang biasa aku datangi jika berkunjung ke kota ini. Sambil makan kami banyak bercerita , khususnya Erni dapat kuperoleh cerita jika ia baru 3 tahun menikah dengan suaminya yang masih kerabat dekat dan pilihan orang tuanya, namun dalam perjalanan pernikahannya suaminya kurang memberi perhatian selayaknya suami kepada istrinya selain hanya untuk melampiaskan nafsu sexnya, untuk urusan lainnya suaminya kurang mau tahu termasuk urusan mengunjungi saudaranya di kota ini. 

Tibalah waktu kami kembali ke penginapan untuk istirahat, sesuai janjiku aku yang tidur di sofa sedangkan Erni di tempat Tidur. Maklum deh Erni masih menganut kebiasaan di kampung jika tidur harus menggunakan sarung dengan tidak memakai sehelai benangpun di badannya selain balutan sarung yang sudah agak kumal. Nampak jelas bentuk tubuh khususnya payudara yang kutaksir berukuran 36 B , menyembul di balik sarung yang dikenakannya yang terlihat dikeremangan lampu tidur yang menyala dengan redup. Hal ini membuatku semakin gelisah menahan gejolak adikku yang dari tadi ingin berontak terus tanpa aturan yang jelas. Rupanya Erni melihat kegelisahanku dengan menyangka aku tersiksa jika harus tidur di sofa, padahal bukan itu penyebabnya, sehingga akhirnya dia pun bersuara. “ Mas …. Nggak bisa tidur ya… sudah mas disini saja… toh tempat tidur ini masih cukup luas “. Tentunya ini kesempatan emas 24 karat yang tidak boleh aku sia-siakan, dengan sedikit jual mahal aku menjawab “ ….Ya deh…. Memang agak kurang nyaman nih tidur di sofa, tapi mbak tidak keberatankan”. “ Nggak koq mas silahkan aja “ jawabnya. 

Bergegaslah dengan langkah seorang kesatria Majapahit menuju ke empat tidur samping Erni. Ternyata Erni sempat melihat ada yang menyembul dengan keras di balik celana pendek yang memang tidak mengenakan celana dalam kebiasaanku jika tidur. “ Ihh…. Mas ….itu apa yang berdiri dibalik celana mas….” Lugu erni bertanya. “ Ahh… mbak koq liat aja, ini kan gara-gara mbak juga “. Jawabku sekenanya sambil dalam hati berkata TUNGGU TANGGAL MAINNYA. Sejenak kita berdua terdiam dengan pikiran masing-masing. Selanjutnya aku mencoba menyentuh tangan erni, dan tidak ada penolakan dari erni yang membuatku semakin berani menarik tangannya dan memeluk dirinya dengan sikap yang sangat mesra. “ Mas jangan panggil aku mbak ya… sebut aja Namaku “ Tiba-tiba Erni bersuara,” Oh ya…. “ jawabku. “ Maaf mas erni koq merasa nyaman dekat mas, tidak seperti suami erni yang tidak pernah memberikan kemesraan seperti yang mas berikan ini “ kata erni lagi, “ Akupun begitu er…. , awal melihatmu ingin rasanya aku memelukmu !” jawabku sedikit merayu. sambil memeluk dari belakang dan mencium belakang telinga selanjutnya leher bagian belakangnya, yang tanpa penolakan bahkan terlihat Erni begitu menikmati. Kuberanikan untuk mengelus kening selanjutnya turun ke dada dan terus meremasinya dengan halus terutama sekitar puting yang nampak kian mengeras. Tidak ada jawaban atau kata yang keluar dari mulut Erni selain desahan nafas yang semakin memburu tidak teratur, menandakan erni sudah mulai horny selanjutnya tanganku turun meraba perut dan terus menemukan rimbunan bulu-bulu tebal diantara dua lembah yang terasa mulai lembab selanjutnya mencair oleh lelehan air kenikmatan wanita yang sedang mendaki kearah puncak kenikmatan.

Tidak dinyana Erni membalikkan badannya melepaskan sarung kumal yang melapisi tubuh mulusnya yang baru kali inilah terlihat dengan jelas, dibalik keluguan wanita desa ternyata menyimpan suatu kekuatan yang mampur memecahkan naluri lelaki yang menggeliat dengan panasnya. “ Mas… !!!”. sambil meremas adikku yang sudah ditelanjangi oleh tangan halus Erni seperti meremas jagung yang akan dirontokkan pipilnya.” Aku tidak pernah merasakan kenikmatan seperti ini dari suamiku…akhhh….akkhhhh !!!!!!”. Erni semakin tidak dapat menguasai dirinya, apalagi saat kulumat habis puting teteknya yang kian mengeras. Berangsur turun ke puser perut dan kelubang kenikmatan.“ Okhh..okkhh….mas …nikmat…akhhkk…” Tak kuasa erni menahan erangannya. Kita berdua sudah semakin larut dalam hasrat birahi yang bergelora dengan tubuh yang tak satu helai benangpun yang masih melekat , diterangi cahaya lampu tidur yang temaram. “ Erni aku sudah nggak tahan lagi …..pengen ngentot memek kamu !” Keluar kata dari mulutku yang semakin kurang ajar, karena adikku sudah berada dalam kuluman mulut erni yang dengan ganasnya melalap habis sampai ke pangkal batang bahkan biji pelirku pun tak luput dari sedotannya. Erni rupanya mengerti dengan kata-kataku , maka dengan selangkangan terbuka dengan posisi WOT menelungkup memasukkan batang kontolku ke lubang memeknya secara perlahan tapi pasti , naik turun tidak beraturan ,” Oh…. Mas nikkkmattt.!!!!!” Erni mulai mengoceh kesetanan , “ Mas kontolmu enak sekali…” tambah erni. Akupun semakin keras memompa dan membanting tubuhnya ke kasur untuk merubah posisi dengan Doggy style, menggenjotnya dengan tetap meremas tetek erni, “ Mas aku cape…” keluh erni, Kubalikkan tubuhnya dengan posisi MOT sebagai posisi pamungkas karena kontolku sudah mulai terasa berdenyut keras, “ Ohkkhhh…..mas aku nggak tahan …akh..!!!!” Erni mengoceh dengan lemahnya, sementara remasan memeknya semakin memelintir batang kontolku , “ Oh….Erni tahan sebentar lagi aku juga mau keluar.” Pintaku kepada erni seembari meninggikan RPM genjotan kontolku di memek erni. Dan tiba-tiba “AKHH…!!” Teriak Erni bersamaan dengan itu akupun tak dapat lagi menahan semburan sperma kontolku kedalam memek erni sambil tetap mengisap putting tetek erni yang kian mengeras. Kita berdua tidak dapat menggambarkan apa yang terjadi tadi yang jelas aku dan erni sudah tidak bertenaga lagi untuk bergerak dan tetap membiarkan tubuhku tengkurap di atas tubuh erni dengan kontol yang masih tertancap di memek erni.

Semenit kemudian aku berangsur tertidur di samping tubuh bugil erni si wanita desa dengan ceceran air memek erni dan sperma kontolku yang membasahi tubuh dan sperei tempat tidur yang bercampur keringat kami berdua. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 03.30 aku terbangun , dan mendapatkan erni masih tertidur dengan ceceran sperma dan air memek yang mulai mongering di badan kita berdua dan sprei tempat tidur , kubangunkan erni dan kuajak untuk bersih-bersih di kamar mandi. “ Mas … maafin erni ya, koq erni malah mengajak mas bercinta..” Kata erni menyesal namun masih menyimpan hasrat terpendam. “ Nggak apa koq er… aku juga senang dengan apa yang telah kita perbuat, habis kamu seksi sih bikin aku nafsu aja” kata ku nakal menggoda, sembari menyandarkan badannya ke dadaku. “ Akh….mas ini bikin malu aja..” sambil mencubit perutku. “ Jujur deh mas erni baru kali ini merasakan bercinta yang betul-betul membuat erni serasa terbang keawan” sambung erni. Sambil mengelus kontolku yang mengecil tapi mulai nampak tanda-tanda akan bangun lagi.

“Mas… boleh nggak erni minta lagi..” Pinta Erni. WHY NOT pikirku, tapi gengsi dong kalo aku langsung mengiyakan. “ Gimana ya….. tapi aku sudah cape nih “ jawabku untuk memancing pelayanan yang lebih ekstra tentunya, “ Trus gimana dong mas ? “ Erni benar-benar sudah memelas , “ Erni mesti tau dong apa yang ku mau ! “ Jawabku sekali lagi. Tanpa ba bi bu erni langsung mengulum kontolku dengan ganasnya dan tanganku tidak melewatkan untuk mengobok-obok tetek erni yang mulai mengeras juga, rupanya tak puas kontolku diisep, ia menggigit halus putting susuku yang membuat diriku terawang-awang ke langit tujuh.  “ Erni kita pindah ke sofa aja yuk !” sembari bangkit dari tempat tidur dan menuju sofa, gentian erni yang ku mandiin kucing dari ujung kaki sampai kuduknya. “ Ahkk…. Mas terus mas …..” erang erni. Erni benar-benar sudah tidak bisa menguasai dirinya sampai teriak-teriak sehingga harus dengan cepat kubekap mulutnya agar tidak mengganggu tamu lainnya di penginapan itu. “ masssss.. cepat entot aku mas sudah tidak tahan nih…..” suara lirih erni memintaku agar menusuk kontol ke memeknya. Blassss…“ Akhhh……” lirih erni sekali lagi. Entah apa karena suasana malam itu yang semakin sepi atau memang setan sudah begitu dominant menguasai otak kami berdua, langsung aja dengan posisi erni yang nungging di sofa ku benamkan batang kontol ini yang juga sudah ingin mengakhiri permainan dashyat ini, kugenjot berulang-ulang kedalam lubang memek erni dan terakhir tersemburlah cairan maniku yang sudah encer akibat terlalu banyak yang dikeluarkan untuk memuaskan hasrat kami berdua “ Ohhhh… Erni…….” Bersamaan dengan orgasmenya erni, yang membuat lututku semakin tak kuasa menahan lemasnya dan mengantarkan kami untuk terduduk lemas sejenak di sofa. Akhirnya kami bersih-bersih dikamar mandi dan tertidur sampai pagi harinya. “ Mas kapan kita bisa ketemu lagi ?” Tanya erni. “ Aku akan menghubungimu lagi jika ada waktu Er..” jawabku.

Singkat cerita keesokan harinya aku mengantarkan erni menemui alamat saudaranya dan sebelumnya mampir di toko hp untuk membelikan erni HP yang dapat aku gunakan bila ingin menemui erni. Kisah ini berlanjut ditempat yang lain dan kesempatan yang lain , tentunya tanpa sepengetahuan suami erni.